∞Tittle : ∞Thief∞
∞Author : Jung Yujin
∞Cast : -Kim Myungsoo -Lee SungJong
∞Genre : bromance, love, friendship, school life,
∞Rate : T+ (For bad Language)
∞Disc : Their self but this fict is mine,
∞Warning : boyslove, typos, don’t like don’t read.
Please no silent reader :’3
*
*
“Buka mulutmu aaa….” SungJong menyodorkan sepotong roti pada Myungsoo dan langsung dilahap dengan cepat oleh sang namja bermata elang. Pagi ini mereka akhirnya dapat berangkat ke sekolah dengan bersama sama setelah Myungsoo berhasil menghadang SungJong yang hendal berangkat lebih dahulu.
Yaah, walaupun dia belum mengetahui secara pasti kenapa namja bertubuh kecil itu selalu ingin berangkat mendahuluinya yang pasti Myungsoo senang saat SungJong berada di dekatnya. “Kau lebih perhatian dari pada Hyomin, dia kekasihku namun dia belum pernah menyuapiku seperti ini hahaha…” celetuk Myungsoo yang masih mempertahankan skenario bodohnya.
SungJong mencibir. “Kau seharusnya bersyukur karena mempunyai dongsaeng yang baik seperti ku, tapi kau malah terkadang membully ku tanpa alasan yang jelas, dasar bodoh…”
“Kau bukan sekedar dongsaengku, kau adalah separuh hidupku kau harus tahu itu!” Myungsoo memperingatkan.
“Arra, oh yaaa…beberapa waktu yang lalu aku mengobrol dengan temanmu yang berasal dari LA itu…”
Myungsoo seketika menghentikan aktivitasnya dan menatap SungJong dengan tatapan gugupnya. Namun sepertinya SungJong tidak menyadari perubahan raut wajah Myungsoo. “Lee Sungyeol?”
“Ne, dia menyenangkan sekali, aku yang baru saja kenal dengannya langsung bisa akrab, Myungsoo-ya, kapan kapan ajak hyung itu main ke rumah, jangan hanya Woohyun hyung dan Minho hyung yang kau ajak! Ada banyak sekali hal yang ingin aku tanyakan padanya, seperti nya dia anak yang jenius!” ucap SungJong dengan nada yang sepertinya sangat bersemangat.
Myungsoo terdiam. Pandangannya tiba tiba menjadi kosong. Bayangan masa masa itu tiba-tiba kembali hadir. Hatinya terasa dingin dan hampa. Perasaan ini…sangat menakutkan, kenapa hadir kembali? Padahal sudah lama ini menghilang.
“Myungsoo-ya, kau…ada apa denganmu, kenapa kau tiba tiba pucat? Kau sakit?” tanya SungJong yang mulai cemas. Dia segera mengecek kening Myungsoo. Entah kenapa akhir akhir ini dia sering mendapati Myungsoo seperti ini, persis saat pertama kali dia mengenal Myungsoo.
“Ani, aku hanya sering bermimpi buruk belakangan ini, aku bermimpi kau pergi dan aku tidak bisa mempertahankanmu….”
SungJong memiringkan kepalanya tak mengerti, dan satu lagi, ucapan Myungsoo akhir-akhir ini pun sering ngawur dan tidak bisa ia pahami. Dia takut Myungsoo akan kembali seperti dahulu. “Sejak kapan seorang Kim Myungsoo percaya dengan mimpi hah? Pada kenyataannya aku akan selalu bersama mu meskipun kau terkadang menjengkelkan, dan berhentilah bersikap seperti ini, kau sudah mempunyai kekasih sekarang, akan lebih baik jika kau menemani Hyomin noona dan melepaskan semua rasa jenuh mu….” Saran SungJong, meskipun dia sendiri merasakan sedikit sakit kala mengucapkan kalimat itu.
“Kau benar sekali SungJong-ah, kurasa aku perlu latihan lagi…” ucap Myungsoo tiba-tiba menjadi sumringah.
“Latihan? Latihan seperti apa?”
Myungsoo tersenyum. “Seperti ini!” “CHUP!” Myungsoo menarik tengkuk SungJong dan menyatukan bibir mereka secara singkat. “saranghae SungJong-ah….”
SungJong membeku dan seolah tak mampu untuk bergerak. Kenapa Myungsoo melakukan ini padanya? Ada Go ahjussi disana, dia ini terlalu berani.
“Yaa! Kenapa kau menciumku seperti ini?” Tegur SungJong.
“Aku hanya ingin membuat pelatihan sebelum aku melakukannya pada Hyomin nanti!” sahut Myungsoo singkat.
SungJong cemberut, lagi-lagi Hyomin, apakah Myungsoo benar tidak mengerti apa yang sedang ia rasakan ini, tidak peka dasar. Dan lagian jika ciuman tadi untuk Hyomin harusnya Myungsoo mengatakan sarangahe Hyomin-ah, bukan pada dirinya.
Terlalu sibuk merenung SungJong tak sadar jika mereka telah sampai di depan gerbang sekolah. Myungsoo mendahului keluar dari mobil dan berjalan memasuki halaman sekolah yang masih sepi dari siswa itu.
“Yaa Kim Myungsoo! kau hutang penjelasan padaku!!” teriak SungJong sembari mengejar Myungsoo. “Kau selalu bertingkah semena mena padaku tanpa minta maaf, dasar bodoh!!”
“Ahh wae?? Aku hanya berlatih untuk mencium Hyomin nanti, kau juga tidak keberatan dengan hal itu kan?” sahut Myungsoo dengan santai.
SungJong segera memukul lengan Myungsoo keras. “Kalau kau berlatih untuk apa kau tadi mengatakan Saranghae SungJong-ah? Yang akan kau cium itu Hyomin noona, harusnya kau itu menyebutkan namanya!” sungut SungJong dengan nada kesal.
“Benarkah? Mungkin karena aku memang mencintaimu!” lagi lagi Myungsoo menanggapinya dengan santai.
“ckckckck, benar benar percuma memang bicara denganmu, dasar kepala batu, dasar kepala…..”
“Ohh Annyeong haseyoo ahjussi, apakah anda sedang butuh bantuan?” Myungsoo menyapa dengan hormat seseorang yang tengah berdiri mengamati gedung sekolahnya.
Mendengar sapaan dari Myungsoo, namja paruh baya itu segera membalikkan tubuhnya. Dia bukan seorang Seonsaenim, pakaiannya rapi dan terkesan berwibawa dengan setelan jas berwarna hitam itu. SungJong sedikit terkesiap, wajah itu terlihat tidak asing baginya. Mata bulat dan hidung mancung, serta kulitnya yang tampak masih sangat segar meskipun usianya mungkin sudah tidak muda lagi.
“Apakah anda Seonsaenim baru?” tanya Myungsoo lagi.
“Ohh Mianhae…butuh waktu yang lama untukku mengerti ucapanmu, sudah lama aku tidak menggunakan bahasa Korea, aku bukan Seonsaenim anak muda, aku kemari untuk mencari seseorang…..” jawabnya dengan logat yang sedikit aneh, sepertinya benar dia dari luar negeri.
SungJong dan Myungsoo saling berpandangan dan mengangguk angguk mengerti. “Apakah ada yang bisa kami bantu?” tanya SungJong ramah. Ahjussi itu mengalihkan pandangannya kearah SungJong, dari balik kacamata nya terlihat jelas dia sedikit terkejut kala melihatnya.
“Aku mencari putraku, namun sepertinya ini terlalu pagi…”
“Ne kau benar ahjussi, ini masih terlalu pagi, kau mungkin bisa istirahat di kantin dahulu, kami akan menemanimu….” Tawar Myungsoo.
“Kau baik sekali, siapa namamu….?”
“Kim Myungsoo imnida, lalu ahjussi sendiri?”
“Lee Sungmin, aku mendarat di Seoul baru tadi malam, jadi maaf jika perkataanku ada yang tidak kalian mengerti….”
SungJong tertegun. Kenapa tiba-tiba dia merasa perasaannya ini menghangat. Seolah dia merasa rindu yang selama ini dipendam terasa terbalaskan, namun dia tidak tahu kenapa ada perasaan seperti ini.
Yang pasti dia yakin ada sesuatu, sesuatu yang ia cari sangat dekat dengannya. Tetapi apa yang sebenarnya ia caripun SungJong tidak mengerti. Ditambah lagi sikap Myungsoo yang akhir-akhir ini aneh, entahlah.
“Ternyata disini sangatlah nyaman….” Ucap Mr Lee. “Pantas saja putraku betah sekolah disini hingga lupa pada aboeji nya….”
Myungsoo dan SungJong tersenyum, mereka kini telah sampai di kantin dan duduk disalah satu bangku disana. “Disini menyenangkan ahjussi, putramu mungkin saja sangat betah disini, oh ya siapa namanya? Mungkin saja aku mengenalnya, hampir semua siswa disini aku mengenalnya, kecuali siswa tingkat pertama aku tidak begitu mengenal mereka, oh ya anak ahjussi kelas berapa?…” tanya Myungsoo dengan tanpa jeda.
Mr. Lee tampak menatap Myungsoo dengan sedikit tak mengerti. “Mianhae…aku sedikit tidak dapat mengerti pertanyaanmu…”
“Ahh….” Myungsoo mendesah paham dan mengisyaratkan SungJong untuk menjawabnya. Tentu saja dia sangat malas jika harus berbahasa inggris. SungJong hanya mencibir ke arah Myungsoo.
“He ask who is your son’s name….maybe he is one of Kim Myungsoo’s friend here…”
Mr. Lee tampak mengangguk angguk mengerti. “Maaf jika aku merepotkan kalian, aku sudah sangat lama tidak ke Korea….”
“Gwanchana ahjussi….” Sahut SungJong seraya tersenyum. “Ahjussi beruntung bertemu kami, kami akan membantu ahjussi hingga bertemu dengan putramu…”
“Terima kasih, kalian baik sekali, oh ya, aku belum tahu siapa namamu anak manis…” ucap Mr Lee pada SungJong.
“Ahhh namaku….Lee Sung-“
“Lee Sungyeol!!!” Myungsoo sedikit berseru memanggil nama seseorang yang sedang melintas disana.
Namja yang dipanggil itu menoleh dan mendapati Myungsoo tengah melambaikan tangannya mengisyaratkan untuk ke arahnya. Karena melihat ada SungJong disana, Sungyeol tersenyum dan segera melangkah menuju dimana Myungsoo dan SungJong berada. Entah kenapa setiap hendak bertemu anak itu (SungJong) Sungyeol selalu merasa senang.
“Kemarilah bergabung dengan kami!” ucap Myungsoo lagi.
Sungyeol mendekat. “Annyeong Myungsoo-ya, Jongie-ya…dan…..” Sungyeol mengalihkan pandangannya pada sosok yang sedang duduk di hadapan Myungsoo dan SungJong itu. Seketika matanya terbelalak kaget. “A-aboeji???”
Mr. Lee berdiri dan menatap Sungyeol dengan tatapan yang tajam. Begitu juga dengan Sungyeol, dia benar benar terkejut dengan sosok yang berdiri dihadapannya itu dan bersiap memberikan ceramah padanya.
“Kalian saling mengenal?” tanya Myungsoo. Namun agaknya baik Sungyeol maupun Mr. Lee tidak ada yang berniat untuk menjawab pertanyaan Myungsoo.
“Long time no see….Lee Sungyeol, still remember your father?” ucap Mr. Lee akhirnya. Dari sorotan matanya tampak ia begitu marah dengan Sungyeol.
“What are you doing here aboeji?? Aku sudah berulang kali mengatakan jangan menyusulku kemari, kau bisa merusak semua rencanaku, aku akan kembali jika semua bisa aku selesaikan, but….you’re spoiled everything!!!”
Mr. Lee semakin menatap Sungyeol tajam. “How dare you!! I’m your father, kau pikir aku tidak cemas karena kau tidak kunjung menjawab pesanku? Apakah sulit untuk sekedar menerima telvon dari aboeji mu sendiri? Apa yang kau kerjakan sebenarnya???” tanya Mr. Lee tak kalah dengan nada yang tinggi.
“Sorry….” Ucap Sungyeol dengan menunduk, sepertinya ia mengaku bersalah kali ini.
“Kembalilah ke LA!”
Sungyeol terperanjat dan menatap aboeji nya. “What?? Tidak, aku tidak bisa, sebentar lagi aku akan menemukannya, aku tidak bisa pergi begitu saja, aku akan menemukannya, sebentar lagi aku akan…..”
“Dia sudah meninggal!!! Kapan kau akan menerima kenyataan itu???” bentak Mr. Lee sedikit keras. “Pulanglah dan lanjutkan hidupmu! Kau masih muda dan jangan menbuang-buang waktu mu untuk hal yang tidak berguna….”
Mata Sungyeol tampak berkaca-kaca. “Dia masih hidup, kau sendiri yakin hal itu, jadi kenapa aku tidak boleh mencarinya?? Don’t you miss him? My little brother, your beloved son!”
SungJong mulai merasa dirinya dan Myungsoo tidak seharusnya mendengarkan percakapan ini. mereka sepertinya sedang berdebat tentang masalah keluarga. Pasti sangat serius sehingga Mr. Lee jauh-jauh ke Korea hanya untuk menjemput Lee Sungyeol. SungJong penasaran, namun dia tahu ini bukan urusannya, jadi sebaiknya tidak usah ikut campur.
Lain SungJong lain lagi dengan Myungsoo, sejak mengetahui lelaki paruh baya tadi adalah aboeji nya Sungyeol perasaannya kembali kalang kabut. Dia membeku untuk beberapa saat, wajah mereka bertiga sangat mirip, namun…bagaimana bisa Sungyeol dan aboeji nya tidak menyadari semua itu. Tapi jika mereka menyadarinya….Myungsoo tidak akan pernah rela melepaskan SungJong. Tidak, ini tidak boleh terjadi.
“Kita pergi dari sini!” perintah Myungsoo.
“Ne…?” SungJong menengok. “Tapi aku ingin….”
“Kubilang pergi!!” tegas Myungsoo memberikan tatapan tajamnya dan segera menarik tangan SungJong untuk segera pergi dari sana. Sepertinya ketakutan Myungsoo lebih besar dari segala perasaan yang sedang ia alami selama ini.
Sungyeol kembali menatap aboejinya dengan sayu, dia memang sangat lelah, namun dia tidak mungkin untuk menyerah begitu saja.
“Kau tahu sudah berapa banyak hal yang kau sia-siakan hanya untuk kembali kemari?” ucap Mr. Lee lagi, kali ini nada nya sedikit lebih lunak. Melihat Sungyeol yang terlihat terpukul membuat hatinya tersentuh.
“Aku tidak peduli semua itu, selama ini kita hidup dengan sangat berkecukupan, dan kita melupakannya…..bagaimana jika disini dia mengalami banyak kesulitan? Aboeji please, aku tidak bisa kembali,….” Pinta Sungyeol lagi.
Mr. Lee menarik nafas panjang dan menghembuskannya dengan perlahan. “Kau memang sangat keras kepala, jika seperti itu…baiklah…temukan dia dan bawa dia kembali ke keluarga kita….”
“Benarkah aboeji?” Sungyeol menatap aboeji nya mulai ada harapan.
“Ne, tapi kau harus berjanji untuk tidak membuat dirimu dalam bahaya, karena hanya kau satu-satunya yang aboeji miliki, dan…tinggalkan apartementmu untuk ke rumah lama kita di Korea, tidakkah kau berpikir sudah lama kita tidak mengunjungi rumah itu?” ucap Mr. Lee sembari mengusap kepala Sungyeol. “Untuk sementara aboeji akan menemani mu disini…”
Sungyeol tersenyum, memang harus membutuhkan usaha yang keras untuk bisa melunakkan hati aboeji-nya ini. Betapa pun besarnya keinginan aboejinya untuk menemukan si bungsu, namun jika itu membuat Sungyeol dalam bahaya dia tidak akan mengizinkannya.
.
.
“Kau terlihat tidak semarah tadi? Apakah kau dan aboeji mu sudah berbaikan?” tanya Myungsoo saat Sungyeol terlihat masuk ke dalam kelas setelah sekian lama.
Sungyeol mengangguk. “Ne, dia memang keras dan aku butuh usaha untuk meyakinkannya, setidaknya aku sudah mendapatkan izin dari aboeji ku sekarang…” ucap Sungyeol lega.
“Lalu….apa yang akan kau lakukan..?” jujur saja Myungsoo sedikit ragu untuk menanyakan hal ini, dia takut Sungyeol akan bertindak cepat. Myungsoo tahu namja ini sangat jenius.
“Entahlah….aku tidak tahu….aku tidak bisa berpikir sekarang…molla!” Sungyeol melonggarkan dasinya dan melepas satu kancing atasnya.
Tepat pada saat itu benda berkilau yang melingkar di leher Sungyeol kembali membuat Myungsoo tertegun. Hatinya terusik untuk memeperhatikannya lebih lekat lagi meskipun hatinya bergetar. Apakah mungkin jika dua benda itu saling berkaitan? Desain dan bentuknya begitu mirip, bahkan warnanya pun juga sama. Dan satu yang membuat Myungsoo yakin, huruf yang tampak disana adalah sama.
“Kenapa kau melamun? Kau tidak menjawab pertanyaanku…” tegur Sungyeol.
Myungsoo tersadar dan sedikit tergugup. “Eh..itu mian….kau bertanya apa tadi?”
“Sudahlah lupakan…sepertinya kau tadi memikirkan sesuatu, apa yang membuatmu hingga tertegun seperti itu?” tanya Sungyeol sedikit tersenyum geli.
“Aku tertarik dengan kalungmu, indah sekali, apakah itu dipesan khusus?” Myungsoo memberanikan diri untuk menanyakannya, jika tidak dia bisa terus penasaran. Dan semoga saja dugaannya salah.
Sungyeol meraba kalungnya sesaat dan menggenggamnya. “Ne, di dunia ini hanya ada dua kalung yang seperti ini….”
“Deg!”
“Aboeji memesan ini khusus pada desainer sebagai hadiah untukku dan….dongsaengku….” jelasnya. Sungyeol mengingat kenangan itu. Saat dimana dirinya yang masih mungil menerima kalung yang indah itu. Namun satu yang pasti yang sangat ia sesalkan, wajah seorang anak yang lebih kecil darinya yang berdiri disampingnya saat menerima kalung itu tidak bisa ia ingat dengan jelas.
“Jika dongsaengku masih hidup, aku yakin dia juga masih memilikinya, karena semenjak kalung ini diberikan, kami tak pernah melepasnya, aku benar-benar bodoh hingga aku lupa dengan wajahnya, aboeji pun juga sudah membuang semua foto tentangnya…hhh…” Sungyeol nampak mempunyai beban yang sangat berat sekarang.
Seolah tak mendengarkan ucapan Sungyeol baru saja, Myungsoo mematung. Perasaan yang sedari tadi bergejolak kini semua sudah berkumpul menjadi satu dan siap meledak. Sudah semakin jelas jika orang yang dicari oleh Sungyeol itu adalah Lee SungJong. Otak jenius mereka, tulisan tangan yang mirip, benda yang sama, dan juga kisah yang sama, Myungsoo tidak bisa memungkirinya lagi.
Jika mereka bertemu…mungkin SungJong akan ikut Sungyeol kembali ke LA, dan dirinya….mana bisa dia tanpa Lee SungJong. Apa yang harus Myungsoo lakukan sekarang? Meskipun berulang kali SungJong mengatakan tidak apa-apa, pasti dalam hati kecilnya dia masih sangat ingin bertemu dengan keluarganya. Dan…Myungsoo akan kembali sendirian. Tidak, itu tidak boleh terjadi, SungJong itu hanya miliknya, jadi dia tidak boleh pergi kemanapun.
.
.
Sebenarnya tidak ada hal lain yang lebih menyenangkan di kelas bagi SungJong selain berbagi cerita dengan Kyungsoo maupun Taemin. Dan lagian belakangan ini kelasnya banyak yang kosong akibat Seonsaenim sibuk rapat dan hanya memberikan tugas saja.
“Sungyeol hyung itu anak baru yang dari luar negeri itu?” tanya Taemin.
SungJong mengangguk. “Ne, tadi aboeji nya kemari dan mencarinya, sepertinya dia kemari tidak mendapatkan izin dari aboeji nya, aku jadi curiga….”
“Aigooo, itu bukan urusanmu Jongie, apakah kau menyukai nya atau semacamnya hingga kau peduli seperti itu?”
“Aniyoo, aku hanya teringat ucapan Myungsoo waktu itu…”
“Myungsoo lagi Myungsoo lagi….Kalian berdua itu jika bertengkar seperti musuh turun temurun, namun saat sedang berbaikan bagaikan dunia hanya milik berdua saja, baiklah aku iri dengan ikatan batin kalian berdua!” ucap Taemin lagi.
SungJong tersenyum, dia pun tidak tahu kenapa seperti itu. Semua nya terjadi begitu saja tanpa ia rencanakan sebelumnya. Namun harus SungJong akui bahwa akhir-akhir ini dirinya dan Myungsoo sudah jarang bertengkar. Mungkin efek dari Myungsoo yang sudah mempunyai kekasih jadi tidak ada lagi yang perlu untuk disesalkan.
“Taemin-ah, apa yang harus kulakukan jika suatu saat ini aku harus meninggalkan Myungsoo untuk sesuatu yang tidak bisa aku tebak saat ini…?”
Taemin merendahkan pandangannya pada SungJong dengan tidak mengerti. “Apa maksudmu Jongie? Kau akan pergi kemana?”
“Aku tidak akan kemana-mana, itu tadi hanya seandainya….siapa yang tahu bagaimana nasip kita di hari esok-kan…?”
“Kau benar Jongie, tapi jika kau bertanya tentang hal tadi padaku, aku hanya ingin mengatakan, kau tidak bisa pergi dari Myungsoo…”
SungJong terperangah. “Ne?”
“Kalian berdua harus saling mengakui jika kalian tidak bisa hidup terpisah, kalian itu…ah entahlah bagaimana menggambarkannya, apa lagi dengan masa lalu Myungsoo dan dirimu sendiri yang saling berkaitan, jika kau pergi mungkin kau masih bisa mencari cara untuk mengatasinya, namun Myungsoo? dia memang terlihat sok dan semena-mena, namun kau yang paling tahu, Myungsoo yang rapuh dan yang selalu takut sendirian….kuharap kau mengerti apa maksudku ini…” jelas Taemin membuat SungJong diam seribu bahasa.
Ini memang hanya seandainya, namun entah kenapa dia berpikiran seperti itu tadi. “Karena aku tidak akan meninggalkan keluarga Kim jadi aku tidak perlu cemas akan hal itu…” celetuk SungJong sembari tersenyum.
“Tentu saja, kecuali kau dibawa oleh kekasihmu nanti hahaha…” seloroh Taemin. Dia ingin menyinggung Hoya sebenarnya, namun dia takut SungJong akan mengingat kenangan buruk itu.
SungJong pun ikut tersenyum, Taemin benar, tapi dia berharap untuk selalu bisa bersama dengan keluarga Kim untuk selamanya.
.
.
.
“Annyeong Seonsaenim…” SungJong membungkukkan badan hormat saat bertemu beberapa Seonsaenim di koridor. Tak heran dia di kenal oleh banyak Seonsaneim salah satunya karena keramahannya ini.
Sebenarnya SungJong sedikit tidak mengerti, tumben sekali Myungsoo tidak mengganggu ke kelasnya. Padahal dia sudah melihat Minho tadi menjemput Taemin. Namun sepertinyaSungJong tahu, mungkin saja Myungsoo sedang menghabiskan waktunya dengan Hyomin. Benar sekali, mereka kan sepasang kekasih, SungJong harus selalu mengingat itu
“Lhoh….kupikir kau sudah pulang duluan atau masih bersama Hyomin noona, ternyata kau disini?” tegur SungJong saat memasuki mobil dan mendapati Myungsoo terduduk disana dengan memutar-mutar ponselnya.
“Hari ini kita langsung pulang jangan kemana mana lagi, kasihan Kim Ahjumma yang sudah memasak untuk kita pasti… ahjussi kita pulang ke rumah…”
Mobil pun segera melaju meninggalkan halaman sekolah yang mulai ditinggalkan para siswanya itu. Seperti biasa cuaca yang panas membuat semua tak sabar untuk cepat-cepat mencari tempat yang nyaman dan sejuk.
SungJong memberanikan diri untuk melirik ke arah Myungsoo. Sedari tadi namja itu sama sekali belum membuka suara. SungJong sedikit merasa ada yang aneh, biasanya dia selalu mengoceh. Apakah mungkin namja ini sakit?
“Myungsoo-ya…kau baik baik saja…?” tanyanya kemudian. Myungsoo menatap ke arah jendela dengan bisa dibilang tatapan yang kosong, sedangkan wajahnya sedikit menyiratkan raut pucat.
“Kau sakit hmm?”SungJong menempelkan telapak tangannya pada dahi Myungsoo. Tidak bisa dikatakan demam namun jika tidak bisa dikatakan baik-baik saja.
Myungsoo mengubah posisi duduknya dan menarik nafas panjang. “Aku bermimpi buruk…”
“hmm?”
Myungsoo menatap SungJong. “Kau pergi dan tidak pernah kembali lagi…” ucapnya dengan nada yang parau. “Aku ingin mengabaikannya namun aku tidak bisa…mimpi itu terus menyiksaku, bagaimana jika itu menjadi nyata? Aku tidak bisa menerimanya….”
SungJong tertegun, meskipun Myungsoo telah mempunyai kekasih namun dirinya tetap yang terpenting. Dan bagaimana dia harus meyakinkan Myungsoo jika dirinya tidak akan pernah pergi dari keluarganya…Myungsoo hanya butuh bukti saja.
“Myungsoo-ya…” SungJong menyentuh bahu Myungsoo. “Apa yang harus kulakukan agar kau percaya bahwa aku tidak akan pergi? Aku akan melakukan apapun yang kau mau….”
“SungJongie…aku ingin percaya denganmu namun….mimpi itu….”
“Mimpi itu tidak akan menjadi kenyataan jika kau melupakannya, sudahlah… Lebih baik setelah ini kau menenangkan dirimu kesuatu tempat, aku akan menemanimu….” Usulnya.
Myungsoo tersenyum, setiap kata yang keluar dari mulut SungJong bagaikan obat untuknya. Dan mungkin memang benar jika dia tidak seharusnya memikirkan masalah ini terlalu serius. Jika perlu dia akan membawa SungJong pergi dari Seoul dan melanjutkan semuanya di sana.
.
.
“Tidak bisakah aboeji pulang dan mendengarkanku? Jika menunggu aboeji sampai selesai bekerja itu akan sangat lama, dan bukankah kita sangat jarang untuk bertemu di rumah?” Sunggyu menghentak-hentakkan kakinya kesal. Dari raut wajahnya yang biasanya terlihat penuh kekonyolan kali ini berubah serius.
Dia bukan sedang bertengkar dengan Woohyun bukan. Namun sepertinya ada sesuatu yang lebih penting daripada bertengkar dengan Woohyun.
Sunggyu kembali meremas rambutnya kasar. “Jebal, apakah aboeji mau semuanya kembali seperti dulu, pulanglah dan selesaikan masalah kalian berdua, cari Eomma, bicarakan baik-baik, jebal…sudah berapa hari dia tidak pulang ke rumah….”
“Apa yang kau maksud hyung…? Eomma tidak pulang…?”
Sunggyu seketika tercekat dan segera menutup panggilannya. Tubuhnya dengan refleks berbalik dan mendapati Myungsoo serta SungJong berdiri disana sembari menatapnya.
“Kalian sudah pulang…?” sambutnya dengan menghilangkan raut gugupnya.
Myungsoo menatap hyung nya itu dengan tatapan sayu. “Eomma tidak pulang ke rumah? Lagi…? Apa yang terjadi..? apakah aboeji kembali bertengkar dengannya?” tanya Myungsoo.
Sunggyu tertegun dan segera menatap SungJong meminta untuk menjelaskan sesuatu, namun sama seperti Sunggyu, SungJong pun tidak tahu harus mengatakan apa, semua ini diluar dugaannya.
“hyung jawab aku!” paksa Myungsoo.
“Ahhh Kim Ahjumma….” Sahut SungJong. “Kim ahjumma bilang padaku ingin menginap di rumah temannya karena ada lomba memasak, kurasa Sunggyu hyung belum tahu akan hal ini, hahaha…” sambungnya.
Sunggyu segera memaksakan dirinya untuk tersenyum. “N-ne…aku tidak tahu Eomma kemana, makanya aku menanyakan ke aboeji, ya sudah…kau pergilah istirahat dan makan, kelihatannya kalian sangat lelah…” perintah Sunggyu.
Myungsoo hanya mengangguk dan segera melangkah pergi ke kamarnya. Sementara SungJong tak beranjak dan masih memperhatikan hingga Myungsoo benar-benar sudah tidak terlihat lagi.
“Apa yang terjadi hyung?” tanya SungJong.
Sunggyu menggeleng. “Eomma tidak pulang sejak kemarin, kupikir dia bertengkar dengan aboeji, aku sudah mengatakan ini pada aboeji, namun dia tidak peduli, aku takut mereka……serius….”
“Tidak boleh terjadi! Bagaimana jika Myungsoo tahu…?”
“Itu juga yang aku takutkan Jongie, sudah lama sejak kejadian itu namun sepertinya jika terjadi lagi Myungsoo akan kembali seperti dulu, jebal Jongie, bujuk Eomma untuk pulang, jika dia tidak mau mendengarku setidaknya dia akan selalu mendengarmu…..” pinta Sunggyu.
SungJong mulai tampak bingung. “Tapi aku tidak tahu dimana ahjumma sekarang hyung, bukankah akan lebih baik jika aku bicara dengan aboeji saja? Aku akan membujuknya agar mau menjemput kembali ahjumma…”
“Baiklah, terserah mana yang menurutmu baik, aku benar-benar tidak bisa jika masalah ini berlarut-larut, dan Myungsoo…jangan sampai dia mengetahui hal ini….”
“hyung tidak perlu cemas, aku akan berusaha sebaik mungkin…” ucap SungJong seraya tersenyum.
“Kau memang sangat bisa diandalkan Jongie, aku beruntung mempunyai dongsaeng seperti dirimu….” Sunggyu mengacak rambut SungJong pelan. “Apapun yang kau minta pasti akan kukabulkan setelah ini…”
Lagi-lagi SungJong tersenyum, andai dia bisa bilang jika imbalannya hanyalah Sunggyu harus cepat-cepat menjadi kekasih Woohyun, agar dirinya bisa lepas dari namja itu. Namun sepertinya SungJong urung mengatakan itu.
“Sebenarnya….” Sunggyu kembali berucap saat SungJong akan beranjak pergi sehingga membuat namja bertubuh mungil itu kembali membalikkan badannya menghadap Sunggyu. “Waeyo hyung…?”
“hmm…kau dan Myungsoo…di mataku tampak seperti…hm…ah sudahlah lupakan!” Sunggyu mengusap-usap tengkuknya dan segera berbalik meninggalkan SungJong yang menatapnya tak mengerti.
“Sunggyu hyung selalu tampak lucu…” ucapnya sembari mengangkat bahu dan segera meneruskan langkahnya untuk ke kamar. Mungkin memang sebaiknya dia segera menyelesaikan masalah itu dan berbicara dengan aboejinya Myungsoo, ya, harus secepatnya. SungJong bertekat.
.
Seperti yang SungJong tahu biasanya saat pulang dari sekolahan seperti ini Myungsoo selalu mempunyai banyak kegiatan, terutama yang berhubungan dengan fotografi. Namun kali ini entah apa yang terjadi dengan namja bermata elang itu sehingga langsung menuju tempat tidur tanpa berganti seragam lebih dahulu.
“Apakah kau memikirkan sesuatu?” tanya SungJong sembari duduk di tepi tempat tidur.
Myungsoo memiringkan tubuhnya. “Kau mau pergi?” dia balik bertanya.
“nggg, ne..aku harus pergi menyerahkan naskahku pada sajangnim….” Jawab SungJong beralasan.
“Kau sudah bersama kami, tinggalkan saja pekerjaanmu itu, aku bosan melihatnya…”
SungJong menggeleng dan segera memakai jacketnya, jika dia meninggalkan pekerjaannya tentu saja dia akan merepotkan keluarga Kim lagi. Dia tidak ingin itu terjadi, selama ia masih bisa melakukannya dia tidak ingin membuangnya begitu saja. “Aku pergi…”
“Baiklah, jika pulang nanti kau tidak menemukanku disini berarti aku sedang bersama Hyomin…” celetuk Myungsoo dengan segera. SungJong hanya mencibir dan segera pergi dari sana, itu akan lebih baik bagi Myungsoo dibandingkan dengan harus berlarut-larut di rumah. Setidaknya dia butuh hiburan.
.
.
Sebelum benar-benar memasuki tempat itu SungJong kembali menatap ponselnya. Sudah hampir pukul lima, mungkin saja Kim ahjussi masih berada di kantornya. Namun mana dia peduli, dia sudah berjanji pada Sunggyu.
“Tebakanku benar..ahjussi pasti masih di kantor…” gumam SungJong saat memasuki restaurant itu dan belum menemukan sosok Kim ahjussi disana. Terlambat lebih baik daripada tidak datang sama sekali.
“Lee SungJong…?”
SungJong segera membalikkan badannya begitu mendengar seseorang memanggil namanya.
“Ahh benar kau Lee SungJong, kupikir aku tadi salah mengenalimu…” ucap seseorang yang duduk tak jauh dari tempat SungJong berdiri. Senyum SungJong segera mengembang ketika melihat siapa yang tengah menyapanya itu.
“Sungyeol hyung….”
Sungyeol pun tersenyum. “Kebetulan sekali kita bertemu disini, duduklah disini…” ucapnya menawarkan. Karena memang Kim ahjussi belum datang tak ada salahnya jika SungJong bergabung dulu dengan Sungyeol, dan lagian kapan lagi SungJong mempunyai kesempatan untuk berbicara dengan Sungyeol jika bukan saat-saat seperti ini.
“Kau ada janji dengan seseorang?”
“Ne hyung, tapi sepertinya dia belum datang…” jawab SungJong.
“Baguslah kita bisa mengobrol lebih dahulu, oh ya…kenalkan ini Lee Jinki…temanku dari LA….”
SungJong mengalihkan pandangannya pada sosok yang duduk di samping Sungyeol itu yang juga tengah menatapnya dengan pandangan yang tertarik. Namja yang terlihat tampan itu mempunyai senyum yang juga mempesona, wajahnya yang putih serta rambutnya yang tertata rapi membuat dirinya semakin tampak mengagumkan.
“Lee SungJong imnida….”
“Lee Jinki, kau bisa memanggilku Jinki, kau manis sekali, senang bisa mengenalmu…” ucap Jinki seraya tersenyum.
SungJong membalas senyuman itu sambil mengalihkan pandangannya. Orang ini terlihat baik namun…SungJong merasa tak nyaman jika ditatap seperti itu. Dan lagian hal itu mengingatkannya pada Hoya, kesan pertama saat bertemu sangat mengagumkan, namun nyatanya Hoya tidak seperti apa yang ia pikirkan.
“Kau ada janji dengan siapa Jongie? Kekasihmu?” tanya Sungyeol.
“Ne? ah bukan, aku harus bertemu dengan aboeji nya Myungsoo disini, tapi kurasa dia masih sibuk di kantor…”
“Bukankah kau serumah dengan Myungsoo? kenapa harus bertemu disini?”
“Itu…ada sedikit masalah…aku hanya mencoba membantu untuk menengahinya saja…” jawab SungJong tanpa berniat untuk bercerita lebih lanjut. Sungyeol mengangguk angguk paham. Jujur saja dia sangat ingin bertemu dengan aboeji nya Myungsoo.
Mungkin saja dia bisa membantunya, apalagi sama-sama seorang pengacara.
“hyung, kapan kau akan ke rumah Myungsoo?” tanya SungJong. “Ada banyak hal yang ingin kutanyakan padamu, aku sudah bilang pada Myungsoo untuk membawa mu ke rumah, namun sepertinya dia tidak mendengarkanku…”
Sungyeol tersenyum, lagi-lagi ucapan SungJong membuat sesuatu yang ada dalam dirinya menjadi tak menentu. Dia sangat suka saat SungJong memanggilnya ‘hyung’. “Aku akan kesana secepatnya, aku berjanji…atau kau saja yang ke rumahku, aku akan menyambutmu dengan senang hati…”
“Rumah? Hyung punya rumah di Korea?”
“Ne, aboeji memaksaku untuk kembali ke rumah itu jika aku masih ingin tinggal di korea, aku tidak punya pilihan lain lagi…”
“Bukankah memang seharusnya hyung kembali ke rumah, kelihatannya aboeji nya hyung sangat menyayangi hyung, hyung beruntung mempunyai aboeji seperti itu…” ucap SungJong
Sungyeol hanya tersenyum dan mengaduk-aduk minumannya. Tentu saja aboeji nya sangat menyayangi dirinya, karena yang tersisa memang hanya mereka berdua. Sungyeol terkadang merasa aboeji nya terlalu over, namun semua itu karena dia menyayangi Sungyeol.
“Sungyeol hyung/SungJong-ah apakah kau suka dengan Lemon candy?”
Baik SungJong maupun Sungyeol pun sama-sama membelalakkan mata kaget. Bagaimana itu bisa terjadi? Mereka tidak merencanakan ini sebelumnya, namun pertanyaan yang mereka lontarkan bisa sama persis dan kompak.
“Kau dulu hyung/Jongie…” lagi-lagi ucapan mereka bersamaan. Sungyeol dan SungJong saling berpandangan dan kemudian tertawa.
“Jongie….sepertinya kita sehati hahaha….”
“Ne hyung, bagaimana pertanyaan kita bisa sama seperti ini..benar-benar unik…” sahut SungJong masih dengan tertawa. Sungguh tiap dia berbicara dengan Sungyeol dia selalu merasa sangat senang dan entah sesuatu yang kosong di dalam hatinya terisi kembali.
Pemandangan yang asik seperti itu tak luput dari tatapan tajam seseorang disamping Sungyeol, Jinki. Dia menatap Sungyeol dan SungJong secara bergantian seolah ada sesuatu yang menarik namja berambut sedikit panjang itu.
“Tapi…kau tadi menanyakan Lemon candy…?” tanya Sungyeol setelah tawanya berhenti.
SungJong mengangguk. “Ne, aku melihat hyung meminum orange juice dan aku teringat Lemon candy, dan hyung sendiri kenapa bisa mengucapkan Lemon candy tadi…?”
“Aniya, aku teringat dengan seseorang yang menyukai permen itu makanya aku ingin menanyakan padamu apakah kau juga menyukainya…” jawab Sungyeol dengan nada yang sedikit berubah serak dan raut wajah yang tiba tiba datar.
“ahh benar, aku menyukainya, aku tidak tahu kenapa, Myungsoo bilang aku menyukainya sejak aku kecil, dan Kim ahjussi pun selalu membelikannya untukku, tapi aku sudah berhenti memakannya sejak beberapa bulan yang lalu karena alasan tertentu…ahhh aku cukup merindukan permen itu…” cerita SungJong dengan antusias. Dia masih ingat saat Kim ahjussi bilang saat dirinya ditemukan ada Lemon candy juga dalam genggaman tangannya.
Sungyeol tertegun, hatinya kembali bergejolak. Dia sudah memastikannya, bukan SungJong yang ia cari, namun…jika dia ingin memastikannya lagi itu tidak apa-apa kan?
“SungJong-ah…kenapa kau selalu mengaitkan semua hal dengan Myungsoo? seolah olah kau dan dia…telah hidup bersama sejak lama, boleh…aku tahu ceritanya?” tanya Sungyeol berhati-hati.
“Aku memang sejak kecil hidup dengan keluarga Myungsoo, mereka semua adalah keluargaku…” jawab SungJong dengan cepat.
“Maksudku…dimana orang tua mu? Kenapa kau harus tinggal bersama Myungsoo?” sekali lagi Sungyeol memberanikan diri untuk menanyakan hal itu, dia sedikit takut karena itu akan menyinggung perasaan SungJong.
SungJong nampak mengusap tengkuknya bingung. Sejauh ini dia merasa Sungyeol itu orang baik, namun ucapan Myungsoo itu selalu terngiang jika dia curiga pada Sungyeol. Dan semenjak peristiwa dengan Hoya, SungJong selalu berhati-hati menceritakan kehidupannya pada orang lain.
“SungJongie…kenapa terdiam?” tegur Sungyeol.
“Ahhh…aku terdiam karena…aku memang tidak mempunyai orang tua….”
“Maksudnya?”
“Mereka pergi….dalam sebuah kecelakaan…”
Seketika Sungyeol membulatkan matanya kaget dan tidak bisa mengontrol perasaannya lagi. Dari kecil bersama Myungsoo, keluarganya mengalami kecelakaan, ini..bukan hanya kebetulan kan….Sungyeol mulai mempunyai harapan.
“Kecelakaan?”
SungJong mengangguk. “Ne, keluarga Kim adalah penyelamatku…”
“Apakah…apakah…kau masih ingat siapa nama aboeji mu? Dan bagaimana bisa kau selamat dari kecelakaan itu jika orang tua mu tidak bisa selamat?” tanya Sungyeol lagi, dia tidak akan melewatkan setiap kesempatan ini. dia terus berdoa dalam hatinya.
Sungyeol kembali mengerutkan keningnya, Sungyeol kenapa tiba-tiba menjadi aneh seperti itu? Dan dia tidak bisa menebak raut wajah itu, benar Sungyeol memang baik…namun dia masih tetaplah orang yang asing.
“Aniyo…aku tidak ikut dalam kecelakaan itu….” Ucapnya cepat.
Sungyeol terkejut. “Ne?”
“Keluargaku dan Keluarga Myungsoo bersahabat, saat itu keluargaku sedang melakukan kunjungan di Masan, dan…peristiwa itu terjadi, aku tidak punya siapa-siapa lagi dan…Kim ahjussi memutuskan untuk merawatku, itu sudah lama sekali hingga aku bahkan melupakan peristiwa itu….” Cerita SungJong yang tentu saja hasil mengarang bebas. Dia memang tidak biasa menceritakan hal yang penting pada orang asing.
Sungyeol nampak mendesah kecewa. Lagi-lagi hatinya merasa sakit, selalu kekecewaan yang ia dapatkan. Apakah memang benar Lee SungJong ini bukan Lee SungJong yang ia cari, tapi kenapa…kenapa hatinya tidak bisa menerima semua ini.
“Seperti itu? Ahh aku mengerti sekarang, syukurlah kau mendapatkan keluarga baru seperti itu….” Ucap Sungyeol akhirnya.
SungJong kembali menatapnya, tiba-tiba menunduk dan murung membuat SungJong tak mengerti. Kenapa Sungyeol tampak kecewa, dan melihatnya seperti itu membuat SungJong pun merasa bersalah karena telah berbohong.
“hyung…apakah ada yang salah?” tanyanya.
Sungyeol mengangkat kepalanya dan segera tersenyum. “Ani, hanya saja aku teringat dengan masalahku, berbincang dengan mu tadi sedikit dapat melupakan masalahku, namun saat terdiam aku pun teringat kembali…”
“ahh jika hyung tidak keberatan, hyung boleh berbagi cerita denganku, jika aku bisa aku pasti akan membantu…” tawar SungJong.
“Kau ini manis sekali…baiklah kapan-kapan aku akan menceritakannya padamu…” jawabnya Sungyeol kembali tersenyum.
“Ne hyung…dan kau….chakkaman…” SungJong meraih ponselnya dan menjawab panggilan. “Mwo? Baiklah….aku akan kesana….” Jawabnya singkat. Sepertinya dari Kim ahjussi.
“Sungyeol hyung mianhae, aku harus menemui Kim ahjussi di kantornya, lain kali kita sambung lagi pembicaraan ini…”
“Ohh ne, hati hati di jalan….”
Setelah berpamitan SungJong segera pergi dari sana, memang kantor Kim ahjussi tidak begitu jauh dari Restaurant itu jadi SungJong hanya butuh untuk jalan kaki.
Sungyeol menatap kepergian namja bertubuh ramping itu dengan seksama, rasanya belum puas ia mengobrol dengan anak itu, namun selalu saja ada gangguannya. Dia masih belum tahu kenapa dia sangat penasaran dengannya, namun yang pasti dia sudah menemukan kebenarannya.
“Kau dan anak itu mempunyai garis wajah yang sama…” celetuk Jinki.
Sungyeol menengok. “Apa maksudmu?”
“Tidakkah kau merasa anak itu mirip sekali dengan aboeji mu? Kau orang yang teliti Sungyeol-ah, bagaimana kau bisa melewatkan hal itu, mungkin saja dia orang yang kau cari….”
“Tidak, bukan dia…” Sungyeol menggelengkan kepalanya. “Dia mempunyai nama yang sama, sifatnya pun juga sama, saat pertama kali aku melihatnya aku pun bisa melihat sosok aboeji pada wajahnya, dan dia mempunyai mata yang sama denganku….”
“Lalu?”
Sungyeol nampak menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan. “kau tidak dengar ceritanya barusan? Dia mengalami kecelakaan yang berbeda dengan apa yang aku alami, itu sudah cukup memberiku penjelasan….” Sambungnya.
Jinki menggeleng-gelengkan kepalanya. “Bisa saja dia berbohong kan? kenapa kau langsung percaya seperti itu…?”
“Jinki-ya, apa untungnya dia berbohong padaku? Dia tidak punya alasan untuk melakukan itu?” Sungyeol menatap Jinki dengan sedikit kesal.
“Entahlah mungkin saja dia tidak ingin menceritakan kisahnya pada orang asing, dan lagian kenapa kau bisa tidak ingat dengan wajah dongsaengmu sendiri hah? Setidaknya kau harus bisa mengingatkanya….” Ucap Jinki lagi.
Sungyeol meraih gelasnya dan meneguk jus nya dengan cepat, dia benar-benar muak dengan pertanyaan itu, sudah berapa kali Jinki menanyakannya. “Aku sudah bilang aku memiliki trauma, semakin aku mencoba mengingatnya, kepalaku akan terasa seperti pecah, sementara aboeji sudah melenyapkan semua foto yang berhubungan dengannya dan Eomma, aku bisa apa Jinki-ya….”
“Baiklah maafkan aku, aku hanya terlalu…bersemangat dengan kasusmu itu…”
“Aku harus menemukan pengacara itu apapun yang terjadi!” tekat Sungyeol. Jinki menatap sahabatnya itu dengan prihatin. Berbagai macam cara telah dicoba namun hasilnya tetap nihil.
“Kapanpun kau butuh bantuanku, aku siap untuk membantumu…”
Sungyeol tersenyum dan mengangguk, tentu saja selain Kibum ada Jinki yang selalu membantunya, dan dia bersyukur mempunyai sahabat seperti mereka .
.
.
Pagi ini terlihat berbeda sekali dengan Myungsoo, dia nampak menghadap cerminnya dengan riang sembari menyisir rambutnya. Setelah proses menenangkan diri, dia sedikit merasa lebih baik.
“Astaga Kim Myungsoo…kau tampan sekali…” ucapnya sembari mendekatkan wajahnya ke cermin. Entah sudah berapa lama dia tidak memuji wajahnya sendiri yang para yeoja bilang sangat tampan itu.
Myungsoo merindukan saat-saat dimana para yeoja itu memberinya banyak sekali hadiah dan tergila-gila padanya, entah kenapa diantara yeoja itu Myungsoo lebih memilih Hyomin dulu. Padahal Eunji juga cantik, Jinri pun cantik, namun entahlah…apalagi sejak dia menyadari perasaannya terhadap SungJong, makin tidak peduli Myungsoo dengan para yeoja itu.
“Aigoo, hampir setengah jam kau berdiri di depan cermin…” tegur seseorang yang sudah pasti Myungsoo kenal suara itu sebagai suara Lee SungJong.
“Aku perlu memastikan agar aku tampan Lee SungJong…” sahutnya.
SungJong mencibir. “Mentang-mentang sudah diterima Hyomin noona kau jadi sombong seperti ini, dasar…”
“Itu harus, aku memang harus menjaga penampilanku untuk selalu terlihat tampan di depannya…” ucap Myungsoo tak mau kalah, entahlah dia masih enggan untuk mengakhiri dramanya.
“arraseo, terserah apa yang ingin kau lakukan…!”
Myungsoo membalikkan badannya. “Dengar ya, hari ini aku ingin…” ucapan Myungsoo tiba-tiba terhenti dan tatapannya pun berubah menjadi tatapan tajam. Sesuatu yang dipakai SungJong membuat suasana hatinya menjadi buruk. “Apa yang kau pakai itu?” tanyanya horor.
“Apa…?”
“Di lehermu!”
SungJong meraba lehernya dan menggenggam benda berkilau yang melingkari lehernya itu. “Ahh…aku ingin memakai kalung ini, aku kan tidak pernah memakainya jadi aku….”
“Lepaskan!” potong Myungsoo dengan nada yang tegas, SungJong terkejut.
“Mwo? Tidak mau….aku hanya ingin memakainya, kenapa kau menyuruhku melepasnya…”
Myungsoo menatapnya semakin tajam. “Kubilang lepaskan Lee SungJong!!!”
“Myungsoo-ya ada apa denganmu?? Kenapa kau tiba-tiba marah seperti ini hah?” tanya SungJong heran. Terkadang dia tidak bisa menebak sikap Myungsoo yang berubah-ubah.
“Kau mau melepasnya atau tidak??”
SungJong menggeleng. “Tidak, aku akan memakai nya hari ini!!”
“Dasar keras kepala!” tanpa SungJong mengerti sebelumnya pun Myungsoo segera berjalan mendekat ke arah SungJong dan….SREEETTTT…..
“Awwhhh..Myungsooo-ya, sakit…” seketika SungJong terduduk dan menekan lehernya kuat-kuat, kalung yang ditarik paksa oleh Myungsoo membuat lehernya terasa tercekik, panas dan perih.
Myungsoo menatap kalung yang berada di tangannya itu dengan tajam. “Aku sudah menyuruhmu tadi, dan jangan pernah memakai benda ini lagi ke sekolah!!” tegas Myungsoo sembari melemparkan kalung tadi ke dekat SungJong dan bergegas pergi.
“Sakit…..” SungJong masih belum beranjak dan memegangi lehernya. Kulit leher yang tadi putih mulus itu kini mulai tampak memerah, dan bahkan ada bagian kulit yang terkelupas akibat tarikan Myungsoo yang sangat kuat tadi.
Mata bening SungJong mulai berkaca-kaca, sakit dan perih ditambah lagi perlakuan Myungsoo yang mengejutkannya benar-benar tak habis ia mengerti. “Apa salahnya jika aku memakai kalung ini…Kenapa Myungsoo tiba-tiba seperti itu…” gumam SungJong sambil meraih kalungnya yang nyaris putus. Ada yang tidak beres, SungJong yakin itu, semua ini ada hubungannya dengan sikap Myungsoo akhir-akhir ini, tapi apa…?
.
.
.
“Jongie….apa yang….terjadi…?” Taemin menampakkan raut cemas bukan main saat melihat SungJong yang baru saja datang dengan mata yang masih berkaca-kaca.
“Taemin-ah…bisakah….kau mengobati luka..?”
Taemin bertambah panik. “Kau terluka Jongie? Ada apa…?” tanyanya lagi. SungJong meyibakkan kerahnya dan menunjukkan lehernya pada Taemin. Tadi dia memang sengaja langsung berangkat tanpa berpamitan pada siapapun, dan tentu saja dia melewatkan masakan Kim ahjumma yang sudah kembali ke rumah tadi. SungJong tidak peduli, hatinya sedih bercampur dengan marah.
“Astaga, ini bukan main-main, kkaja Jongie…kita ke uks!!” tanpa banyak bicara lagi Taemin segera menuntun SungJong untuk pergi dari sana menuju ke ruang kesehatan. Sungguh dia tidak bisa menebak apa yang telah terjadi pada sahabatnya itu.
Sebentar lagi bel tanda kelas dimulai akan berdentang, namun sepertinya SungJong harus melewatkan kelas pertama.
.
“Si Myungsoo? serius Jongie? Apakah dia sedang tidak waras? Bisa-bisanya dia melakukan ini padamu…” geram Taemin sembari perlahan mengobari luka di leher SungJong.
SungJong merintih perlahan. “Pelan-pelan Taemin-ah….sakit….”
“Maafkan aku…” ucap Taemin memperlahan gerakannya.
“Ada yang Myungsoo sembunyikan dariku, namun aku tidak tahu apa itu, aku selalu cemas saat Myungsoo tiba-tiba seperti itu…” SungJong berucap membuat Taemin menggeleng-geleng kepalanya heran, tak habis pikir dengan sahabatnya ini.
“SungJongie, apakah kau tidak marah dengan perbuatan Myungsoo ini, lihatlah bahkan lehermu terluka seperti ini….”
SungJong menarik nafas perlahan. “Aku tidak bisa marah dengannya, Kim ahjussi sedang ada masalah dengan Kim ahjumma, aku tidak mau menambah masalah lagi pada Myungsoo..”
“ckckck, kau memang benar-benar malaikat Jongie, selesai, apakah masih terasa sakit?”
SungJong meraba lehernya. “Masih terasa sakit, tapi sudahlah tidak apa-apa…” ucapnya kemudian. SungJong tersenyum, namun sesungguhnya dalam hati dia masih bertanya-tanya, kenapa Myungsoo melakukan hal tadi padanya, bagaimana ia berbicara dengan Myungsoo setelah ini .
“Minho hyung malam ini….mengajakku ke rumahnya…dan aku benar-benar minta maaf tidak bisa menemanimu menyerahkan naskah, aku sudah berbicara dengan Minho hyung namun sepertinya dia sangat ingin aku ke rumahnya, aku benar benar minta maaf Jongie….” Taemin berucap dengan raut wajah yang penuh penyesalan.
SungJong tersenyum dan menepuk-nepuk bahu Taemin. “Ya! Gwanchana, nikmati waktumu bersama Minho hyung, aku tidak apa-apa, ada Sunggyu hyung yang pasti mau untuk mengantarku….”
“Benarkah Jongie…? Lain kali aku akan menemanimu, aku berjanji…”
“Aku percaya, sudahlah jangan merasa bersalah seperti itu…..” SungJong merangkul Taemin sembari tertawa. Terkadang Taemin memang sangat baik padanya dibanding teman-temannya yang lain. Dan SungJong bersyukur karena mempunyai teman seperti namja itu.
“Kau….kau menyukai Myungsoo kan?” ucap Taemin secara tiba-tiba.
SungJong terkejut dan seketika membuat jantungnya berdetak tak karuan. “A-apa maksudmu? Tentu saja aku menyukainya, aku hidup dengannya sejak kecil…” sanggahnya dengan nada gugup.
“Bukan menyukai semacam itu, kau…mencintainya kan? kau itu sahabatku, aku dapat melihat tatapan matamu itu tidak bisa berbohong…” Taemin tersenyum.
“A-aniyo…dia itu sudah seperti hyung ku sendiri, dan lagian dia sudah mempunyai kekasih….kau ini jangan menebak sembarangan…” sahut SungJong mengalihkan pandangannya dari Taemin. Dengan ini Taemin telah membuktikan jika dia adalah sahabat yang benar-benar pengertian bagi SungJong.
“Kau mengelak ratusan kali pun aku tetap pada keyakinanku Jongie, dan sepertinya…Myungsoo pun juga menyukaimu, akhir-akhir ini aku sering melihat tatapannya padamu itu berbeda, waktu akan menjawab semua nya…..Fighting My SungJongie…”
SungJong terdiam, benarkah apa kata Taemin? Tapi tentu saja Myungsoo menyukainya, namun hanya sebagai dongsaeng dan orang yang pernah menyelamatkan hidupnya saja, SungJong yakin itu, dan dia tidak akan pernah berharap yang lebih, karena kekecewaan akan membuatnya sangat sakit.
.
.
Sungyeol sedikit terusik dan segera membuka matanya perlahan begitu mendengar ponselnya berbunyi beberapa kali, dia meraba ke atas tempat tidurnya dan meraih ponselnya. Mata bulatnya yang bening perlahan membuka lebar saat membaca isi pesan yang tertera disana.
“Mwo?? Ini serius kan??” Sungyeol terlonjak dan segera terduduk dari tidurnya seolah informasi yang baru saja ia baca itu benar-benar sangat mengejutkan dirinya. Senyum mengembang dibibirnya diiringi dengan rasa lega yang mulai menyelimuti hatinya.
Disaat itu dia tersadar keadaannya saat melepaskan pandangannya dari ponsel ke arah sebelah ia tidur tadi, sosok manis yang masih terlelap disana dengan kondisi yang sama dengannya. Sungyeol tersenyum lalu merundukkan wajahnya untuk mengelus kepala sosok yang terlelap itu.
“Chagiyaa….” Bisik Sungyeol tepat berada di telinganya dan sedikit mencubit hidungnya. Merasa terusik namja manis itu mulai menggerakkan tubuhnya dan membuka matanya.
“hhh…What? Aku masih lelah hyung, aku masih ingin tidur…”
Sungyeol kembali tersenyum dan membenarkan selimut yang menutupi tubuh mereka berdua. “Aku akan pergi sebentar, kau lanjutkan tidurmu, aku segera kembali…Love you…” Sungyeol menyingkapkan poni namja itu dan mengecupnya sekilas sesaat sebelum dia beranjak dari tempat tidur. Agaknya urusannya benar-benar penting.
.
.
Dengan tiduran santai di ruang tengan Myungsoo asik menelvon seseorang disana. Sudah setengah jam dia mengobrol dengan Hyomin melalui benda itu, sejak kejadian beberapa waktu yang lalu, Myungsoo memang selalu menceritakan semuanya pada Hyomin. Hyomin adalah pendengar yang baik..
“Baiklah…sampai jumpa besok Hyomin-ah…” putus Myungsoo sembari mengakhiri pembicaraannya. Tepat pada saat itu SungJong berjalan ke ruang tengah lebih tepatnya ke arah dimana Myungsoo tiduran, ruangan ini memang menjadi favorit SungJong untuk belajar.
Myungsoo segera bangkit dan duduk, semenjak insiden penarikan kalung itu dia dan SungJong memang sama sekali belum membuka percakapan, SungJong mendiamkannya dan Myungsoo pun juga enggan untuk meminta maaf meskipun ada sedikit rasa bersalah padanya.
“Lehermu….apakah masih sakit?” tanya Myungsoo akhirnya.
“Ne…” sahut SungJong singkat tanpa mengalihkan pandangannya dari buku yang ia baca.
“Lalu kenapa kau tidak memberinya plester lagi? Apakah kau sengaja agar semua orang dapat melihat lukamu itu?”
SungJong sedikit terusik dan menatap Myungsoo sebentar dengan tatapan kesalnya. “Apa masalahmu? Lebih kau kembali berkencan dengan Hyomin noona sana daripada menggangguku, aku terluka juga karena kau, jadi kau tidak perlu untuk menasehatiku….aku tahu apa yang harus kulakukan…”
Myungsoo tersenyum, berbicara dengan SungJong memang menyenangkan. Dia segera berdiri dan duduk di samping SungJong. “Kau benar-benar lucu SungJong-ah, bagaimana bisa aku mendiamkanku terlalu lama…” ucapnya mengacak rambut SungJong.
“Ahh lepas kau menggangguku! Aku ingin belajar, lebih baik kau pergi, aku sedang tidak ingin diganggu…!” tegur SungJong serius.
“Aigoo, bagaimana kalau aku tidak mau…?”
“Terserah, kusarankan kau segera pergi dari sini karena aku tidak segan-segan untuk melemparkan buku ini jika kau masih menggangguku….”
Myungsoo merasa tertantang dengan ucapan SungJong yang terkesan galak namun masih terdengar lucu itu. “Karena aku tidak ada kerjaan makanya aku ingin mengganggumu…”
“Kalau kau tidak ada kerjaan, kau kan bisa pergi dengan kekasihmu, jangan menggangguku!!”
“Kau…kau masih marah denganku karena kalung itu?” raut wajah Myungsoo berubah serius.
“Menurutmu?”
“Kalau begitu aku minta maaf….”
SungJong terdiam sesaat masih belum menjawab, jujur saja dia sebenarnya masih marah dengan Myungsoo, bukan karena kalung, namun karena sepertinya Myungsoo menyembunyikan sesuatu darinya, sesuatu yang harusnya tidak boleh Myungsoo sembunyikan karena mereka berdua sudah terbiasa untuk berbagi cerita sejak kecil.
“SungJong-ah…”
“Diam! Aku tidak ingin membahasnya, dan bukankah aku sudah bilang aku tidak mau berbicara denganmu, apakah kau tidak punya telinga hah?”
Myungsoo menatapnya tertegun. “Kenapa kau berbicara seperti itu?”
“Aku sudah bilang pergilah, aku tidak marah tentang kalung, tapi aku marah karena kau menyembunyikan sesuatu dariku, aku tahu itu, seharusnya kau bercerita padaku, apakah aku tampak seperti orang lain bagimu?” SungJong mengeraskan suaranya. “Aku selalu bercerita apapun padamu, apapun, namun kau tidak seperti itu, bukankah kita ini keluarga?”
“……”
“Kau selalu tampak murung, aku tahu kau ada masalah, namun kenapa kau tidak menceritakan masalahmu padaku? Jika aku tidak bisa membantu setidaknya aku bisa sedikit meringankan bebanmu…”
“SungJong-ah….”
“Baiklah mungkin memang benar….semenjak kau mempunyai kekasih kau mulai melupakanku, aku memang bukan siapa-siapa, aku hanyalah seorang anak yang kalian pungut, tidak lebih jadi mungkin kau mulai tidak nyaman berbicara denganku, aku mengerti, sangat mengerti jika…..”
Ucapan SungJong seketika terhenti, dan matanya terbelalak, diiringi dengan tubuhnya yang membeku saat tiba-tiba Myungsoo menarik tubuhnya dan mengehentakkannya ke sofa. Menatapnya dengan tatapan yang dingin dan juga merupakan tatapan elangnya.
SungJong masih belum bisa berkata apapun, tangannya pun masih dicengkeram oleh Myungsoo dengan erat, bagaimana bisa dia kehilangan kata-kata hanya dengan tatapan Myungsoo yang seperti ini…?
“Myungsoo-ya…..”
Myungsoo tak membiarkan SungJong untuk bergerak. “Kau…kau tahu bibirmu itu sangatlah manis dan bahkan aku yang pertama kali merasakan bibirmu itu…”
“Mwo???”
“Tapi apakah kau tidak tahu jika bibirmu itu terkadang berbicara dengan sesuka hatimu?” ucap Myungsoo dengan nada yang angker. “Kau memang berhak marah, kau berhak menghukumku karena aku telah melukai mu, namun kau tidak berhak menyinggung asal-asalmu, kau dipungut oleh keluargaku? Siapa yang mengizinkan dirimu berkata seperti itu hah??”
SungJong terperanjat, namun dia masih belum mampu untuk berkata-kata.
“Pernahkah aku menyembunyikan sesuatu darimu? Ya, mungkin pernah, namun aku tidak merahasiakan itu selamanya, aku hanya butuh waktu untuk merenungi masalahku sebelum aku bercerita padamu, tidakkah kau mengerti itu?” tanya Myungsoo lagi.
Tak ada sepatah katapun yang mampu SungJong ucapkan, Myungsoo benar, tidak ada rahasia yang tidak Myungsoo ceritakan padanya selama ini. kenapa SungJong bisa lupa akan hal itu tadi, entahlah, pikirannya selalu kalut akhir-akhir ini.
Pandangan Myungsoo melunak, tangannya bergerak untuk mengelus kepala SungJong dengan lembut, namja itu selalu nampak manis dimatanya, bagaimana bisa dia menceritakan sesuatu yang mungkin akan membuat namja itu pergi dari sisinya. Myungsoo hanya belum siap untuk kehilangan SungJong.
“Maaf, maaf aku telah membuat lehermu terluka..” ucap Myungsoo akhirnya. SungJong menatap Myungsoo, tatapan yang biasa Myungsoo artikan sebagai tatapan maaf diterima dari SungJong.
Tanpa banyak berkata lagi Myungsoo segera menarik SungJong kepelukannya dan memeluk namja itu dengan erat. Hatinya merasa sedikit lega. Tidak saling bicara dengan SungJong beberapa hari ini sungguh membuatnya tersiksa.
“Tuan muda…maaf ada yang mencari Kim Geomsanim…” terdengar suara Hwang ahjumma. Myungsoo segera melepaskan pelukannya, dan mereka berdua segera berdiri.
“Jika ada yang ingin bertemu dengan aboeji langsung saja ke ruangannya, aboeji kan ada disana, tidak perlu untuk…….” Ucapan Myungsoo terhenti dan terlihat matanya membulat kaget begitu melihat siapa yang berdiri disana yang juga menatapnya dengan tak kalah kaget.
SungJong tersenyum. “Sungyeol hyung??” sapanya dengan nada senang. “Apakah hyung kemari karena permintaanku?”
Baik Sungyeol maupun Myungsoo sama sekali tidak merespon apa yang dipertanyakan oleh SungJong, seolah mereka berdua tidak menyangka jika mereka akan bertemu di tempat ini.
“Ada apa dengan kalian berdua?” tanya SungJong dengan bingung.
Myungsoo mengepalkan tangannya yang mulai berkeringat. “S-Sungyeol-ah….? Apakah kau kemari karena….karena ingin bertemu denganku sebagai teman sekelas?” dengan nada yang terdengar hati-hati Myungsoo bertanya.
“Myungsoo-ya, aku mendapatkan berita yang sangat penting dalam hidupku sehingga aku cepat-cepat ke alamat ini…aku….” Sungyeol nampak menghentikan ucapannya sebentar. “Seseorang memberitahuku jika aku harus ke alamat ini jika ingin bertemu dengan Kim Hyun soo Geomsaenim…”
Myungsoo membelalakkan matanya kaget sementara jantungnya berdetak sangat keras.
“Aku sangat ingat ini adalah rumahmu, namun…kenapa kau mempunyai alamat yang sama dengan Kim hyun soo geomsaenim?” tanya Sungyeol menatap Myungsoo meminta penjelasan.
“………”
“Apakah kau dengannya….mempunyai suatu hubungan?” tanyanya lagi.
Myungsoo tidak menjawab, dia benar-benar tidak tahu harus berkata apa, mulutnya terasa terkunci. SungJong menatap Myungsoo tak mengerti, dia tidak tahu kenapa Myungsoo terdiam seperti itu, pertanyaan Sungyeol tidak berat kan?
“Ahh Sungyeol hyung apakah tidak tahu?” celetuk SungJong.
Sungyeol berganti menatap SungJong. “Ne…?”
“Kim hyun soo geomsaenim adalah aboeji nya Myungsoo….”
“Mworagooo????” Sungyeol sungguh tidak bisa menahan kekagetannya, dia segera menatap Myungsoo yang menunduk pasrah dengan tatapan yang bermacam-macam.
“Kau…..Myungsoo-ya….kau….kau berbohong padaku…?”
“……..”
“KATAKAN!!!!”
-TBC-
Monday, November 2015
Lee Howon’s Wife
@mayziziii (Jung Yujin)