∞About How Do You Love Him∞ #Chapter 5

∞Author : Jung Yoojin

∞Cast : -Kim Myungsoo -Lee SungJong

∞Genre : bromance, love, adult, friendship, work life

∞Rate : T+++++++++

∞Disc : Their self but this fict is mine,

∞Warning : boyslove, typos, don’t like don’t read.

Please no silent reader :’3

.

.

.

.

BRAAK!!!

SungJong sesaat merasakan tubuhnya sedikit melayang kemudian mendarat dengan keras kesebuah benda yang terasa sangat keras kemudian pecah. Disaat ia merasakan tubuhnya sangat sakit ia medengar suara Eomma-nya yang berteriak memohon pada seseorang yang menyiksanya untuk berhenti. Namun sepertinya itu tidak berhasil.

“Berdiri!!!” perintahnya, SungJong menggelengkan kepalanya lemah, ia mencoba untuk tetap sadar, jujur saja dirinya sudah dalam kondisi yang sangat mengenaskan. Bahkan perutnya sudah mati rasa, berkali-kali sang abeoji memukulkan tongkat kebesarannya pada perutnya.

“Kubilang berdiri!!!” bentaknya lagi.

Tidak ada pilihan lain, SungJong segera berdiri dengan sedikit terhuyung. Ia memegangi sofa agar tetap bisa menjaga tubuhnya, dan disaat ia berdiri, tetesan darah dari pelipisnya mulai jatuh. Perasaannya memburuk saat Hoya mendekati dirinya lalu mengarahkan kembali tongkatnya ke lehernya. Menekan kuat.

“Akkhh…”

“Sekarang katakan padaku!!! Berapa banyak yang kau berikan pada Sungyeol??”

“A-aku..”

“Kau tidak tahu??? Aku yang membuat Sungyeol dalam masa kesusahan agar dia mau kembali dan meneruskan semua yang telah aku bangun, bukan malah memulainya dari awal, tapi kau malah membantunya! Aku memberimu kuasa atas tanah-tanah itu bukan untuk membantu hyung-mu!!!” bentak Hoya.

SungJong menggeleng, sungguh ia tidak menyangka jika membantu Sungyeol akan berakhir seperti ini. “D-dia butuh bantuanku….”

“Sungyeol itu hanya memanfaatkanmu dasar bodoh!!”

“Akkhh…” tubuh SungJong kembali terhempas kemudian menabrak dinding, namja itu segera meraba mata sebelah kirinya yang terasa panas, Hoya memang tidak main-main, bahkan jika tangannya memukul dirinya itu terasa sebuah besi yang menghantamnya. Air mata SungJong menetes, itu sakit sekali.

“Astagaa Hoya-ssi!!” Hyojin kembali mendekati Hoya mencoba menenangkan. “Apakah kau perlu sampai seperti ini? Lihat anakmu!! Kau memberinya banyak sekali luka!!”

Hoya tak menggubrisnya, dia malah menghampiri SungJong kembali kemudian menarik kerah bajunya. Meskipun SungJong menangis pun Hoya sepertinya tidak akan luluh sama sekali. “Sekarang katakan padaku, kau benar-benar serius ingin tinggal bersama dengan hyung-mu?”

“T-tidak aboeji…hikss…aku salah, ini salahku…a-aku tidak mau tinggal bersama hyung, a-aku di tempatku sekarang saja hiks…mianhae…” meskipun dalam hati dia ingin sekali tinggal bersama dengan hyung-nya, SungJong tidak mungkin berani mengatakannya.

“Lalu kenapa kau membantu Sungyeol hah???”

“A-aku tidak mengerti…a-aku tidak mengerti jika itu salah, aku minta maaf aboeji…a-aku bersalah…”

SungJong hanya berharap Hoya percaya padanya, karena meskipun ia mengatakan jika penyebabnya Sungyeol ia tidak takut aboejinya akan marah pada Sungyeol dan menyiksanya, Sungyeol sudah berani melawan akhir-akhir ini.

“Baiklah, kuanggap urusan Lee Sungyeol sampai disini…” putus Hoya. SungJong merasakan kakinya melemas, tubuhnya benar-benar sakit.

“Lalu…Kim Myungsoo??”

Tatapan Hoya kembali menjadi sangat tajam, SungJong takut. “D-dia..Seonsaenim-ku…h-hanya seonsaenim-ku…”

“Apakah itu alasan untuk tinggal bersama dengannya????”

SungJong tersentak. “T-tidak…aku hanya…”

Belum sempat SungJong menyelesaikan ucapannya ia sudah merasa tubuhnya kembali jatuh ke lantai, kepalanya membentur ujung sofa, sebentara dari mulutnya keluar darah seiring dengan tubuhnya yang tersentak keras. Hal itu diiringi jeritan keras Hyojin.

“A-aboeji…m-mianhae…” ucap SungJong lemas, sungguh dia sudah tidak bisa untuk berkata apapun untuk membela dirinya. Pandangannya kabur, ia pasrah ketika Hoya memecahkan botol wine menjadi ujung yang runcing. Itu pasti untuk menyiksanya kembali.

SungJong benar-benar pasrah, setidaknya Hoya adalah aboeji-nya, jika ia harus mati di tangannya mungkin tidak apa-apa. Itu benar-benar hampir mendekatinya ketika sebuah suara memanggil namanya.

“SungJong hyung…”

Hoya berhenti dan mengurungkan niatnya. SungJong mengangkat kepalanya dan mencari sumber suara itu, ia melihat dari arah tangga sebuah langkah kecil berlari pelan dengan lucunya sembari memanggil namanya.

“SungJongie hyung….SungJongie hyung….”

SungJong terpaku, dan menatap sosok yang saat ini berhasil berdiri di depannya itu, sosok yang masih kecil, lucu, dan tersenyum manis padanya. SungJong mengalihkan pandangan pada Hoya dan Hyojin seolah ingin bertanya siapa makhluk kecil yang lucu ini. Namun mereka seolah bisu.

“SungJongie hyung…kenapa diam hmm? Hyungie…lupa denganku?” tanya si kecil itu sembari menyentuh pipi SungJong. “hyung sakit…? Ada darah disini….”

“Ngg??” SungJong benar-benar bingung.

“hyungie lupa…” anak kecil itu merenggut. “hyungie…tidak sayang Daehwi??”

Seketika mata SungJong membulat mendengar nama itu, seolah rasa sakitnya yang ia rasakan tadi menghilang. “Lee Daehwi???” tanya SungJong memastikan. Dan ia begitu bahagia begitu bahagia ketika makhluk kecil di hadapannya itu mengangguk. “Daehwi?? Daehwi-yaa??? Ini kauu????” SungJong menarik tubuh kecil itu ke pelukannya dan memeluknya dengan erat.

“Kau sebesar ini dan aku tidak tahu apapun…Daehwi-ya…hyung benar-benar bahagia kau ada disini….!!”

“hyungie…kau tidak pernah menengokku, kau tidak pernah menemuiku…”

“Bagaimana bisa hyung menengokmu Daehwi-ya, bahkan hyung tidak tahu jika kau masih….masih…sudahlah…” SungJong sedikit melirik ke arah Hoya dan Hyojin, Hyojin tersenyum namun Hoya hanya berekspresi datar.

SungJong melepaskan pelukannya lalu menatap makhluk kecil di hadapannya itu, memastikan bahwa ini benar-benar nyata. “Daehwi-ya, kau sudah besar…”

“SungJongie hyung…nanti tidur disini yah, aku ingin bersama dengan hyung…” pinta Daehwi, namun SungJong tidak berani mengiyakannya, karena Hoya terlihat tidak suka.

“Cukup!!” ucap Hoya tiba-tiba. “SungJong-ah, kau harus pulang!”

Daehwi cemburut. “Appa..tidak bolehkan hyungie menginap disini?”

“Tidak sayang, SungJong hyung harus pulang…” jawab Hoya dengan lembut, cukup terkejut SungJong mendengarnya. Bahkan ketika dirinya berusia seperti Daehwi, Hoya sudah kerap membentaknya.

Hyojin segera mendekat. “Hoya-ssi, Daehwi mungkin sangat merindukan SungJong, tidak bisakah kali ini saja..? dan lagi..ini sudah larut, SungJong terluka juga, bagaimana bisa dia pulang?”

“Tidak, Lee SungJong harus pulang ke apartementnya! Sebaiknya kau bawa Daehwi ke kamarnya!” tegas Hoya. Hyojin menarik nafas panjang. “Daehwi-ya, ucapkan selamat malam pada hyung, dia harus segera pulang…”

Daehwi menatap SungJong dengan merenggut. “hyung…”

“Jangan sedih yahh, hyung akan sering-sering menengok Daehwi…” ucap SungJong menenangkan. Daehwi akhirnya menurut dan mengikuti Hyojin untuk kekamar.

Setelah kepergian Daehwi SungJong kembali merasakan kesakitan, apalagi saat Hoya mendekatinya.

“Aboeji kenapa kau tidak memberitahuku jika Daehwi masih hidup….?”

“SungJong-ah…” potong Hoya. “Pulanglah, pulang ke apartementmu, jangan kemanapun! Kau akan baik-baik saja, luka mu itu tidak parah!”

SungJong terdiam, Hoya pergi. Dengan susah payah ia berdiri dan berjalan pergi. Hoya berkata seperti itu karena ia tidak merasakannya, tubuhnya benar-benar sakit. Dia harus berhasil ke apartementnya sebelum ia pingsan disana.

.

.

.

Jika bukan karena Myungsoo memiliki kenalan seorang dokter, SungJong mungkin harus bertahan lebih lama menahan sakitnya. Myungsoo benar-benar bergerak cepat, pasalnya SungJong terlihat seperti seseorang yang sudah sangat lemas dan hampir tidak sadarkan diri. Seumur hidup setidaknya sampai Byul sebesar itu Myungsoo tidak pernah melakukan kekerasan fisik pada anaknya, dia bahkan sangat takut jika Byul terluka.

Bagaimana bisa Lee Hoya dengan gampangnya menyiksa sang anak seperti ini. Bahkan jika diteruskan mungkin SungJong akan menderita luka yang lebih dalam, Myungsoo takut dengan kondisi mata sebelah kiri SungJong yang tampaknya terlihat parah setelah perutnya.

“Bagaimana keadaannya Key??” tanya Myungsoo pada Dokter yang selesai memeriksa SungJong.

Myungsoo dapat melihat SungJong memejamkan matanya dan terbaring lemah disana.

“Beruntung sekali tidak ada organ yang patah, hanya saja mungkin setelah ini dia akan sedikit kesusahan menggunakan mata kirinya, tidak terlalu parah namun akan berakibat pada pandangannya…”

“Kau yakin tidak ada yang serius lainnya? Kau sudah memeriksannya dengan teliti?”

“Yaah, daripada luka fisiknya, aku lebih cemas dengan kondisi jiwanya, seseorang yang mengalami penyiksaan seperti ini jiwanya yang butuh untuk di periksakan Myungsoo-ya…” jelasnya. “Jika kau butuh sesuatu panggil aku…”

Myungsoo tertegun, SungJong tidak akan tertekan, ia sudah mengalami yang seperti ini mungkin dalam waktu yang lama. Tapi ia tetap bisa beraktifitas dengan seperti biasanya, siapa yang akan mengira jika SungJong yang ceria memiliki aboeji sekejam ini.

“S-seonsaenim…” gumam SungJong.

Myungsoo tergugah dan segera mendekati SungJong. “Kenapa SungJong-ah? Jangan terlalu banyak bergerak, kau istirahat saja yah…”

“S-Seonsaenim…tolong…kirimkan pesan pada seseorang tentang keberadaanku disini, dengan ponselku….” Pinta SungJong dengan berusaha untuk meraih ponselnya. Mata kirinya yang di perban membuatnya sedikit kesusahan.

“Siapa SungJong-ah…?”

SungJong menyerahkan ponselnya pada Myungsoo. “Seseorang yang nomornya banyak mengirimiku pesan selama beberapa jam ini….”

Myungsoo menurut, ia kemudian mulai membuka kotak masuk SungJong, hanya ada satu nomor tanpa nama yang banyak mengirimi SungJong pesan, sepertinya ia sedang mencari keberadaan anak ini. Tidak ingin banyak berfikir, Myungsoo segera mengetikkan alamat rumah sakit ini dan mengirimnya.

“SungJong-ah, apa yang masih sakit?” tanya Myungsoo kini kembali menatap SungJong. Ia sudah melunakkan hatinya untuk berhenti bersikap dingin pada anak ini, benar sekali dia mendapatkan cinta dari Eomma barunya, tapi itu tidak sebanding dengan penyiksaan aboeji-nya.

SungJong menggeleng. “Tidak ada yang sakit Seonsaenim, ini pertama kali nya aku mendapatkan pertolongan dengan begitu cepat…” jawabnya dengan nada yang masih lemah namun SungJong terlihat tidak ingin menunjukkan hal itu.

“Kau hampir kehilangan penglihatanmu dan kau masih bisa mengatakan tidak sakit?” Myungsoo menatapnya tak percaya. “Lebih baik kau mengadukannya pada polisi, kau bisa mendapatkan perlindungan..”

“Tidak!” tegas SungJong. “Aboeji seseorang yang sangat disegani, aku tidak ingin merusak semua itu, sudahlah tidak apa-apa!”

“Tapi SungJong-ah…”

“Seonsaenim tahu apartementku dari siapa? Dan kenapa kau bisa disana?” tanya SungJong mengalihkan pembicaraan.

Myungsoo menarik nafas panjang. “Taemin memberitahuku, jika saja aku tahu rumahmu aku pasti bisa menolongmu…maafkan aku…”

“Tidak perlu meminta maaf…sebenarnya hari ini aku sedikit senang…” ucap SungJong tersenyum.

“Apaa? Terluka seperti ini dan kau merasa senang?!” tanya Myungsoo heran.

“Bukan itu, sebenarnya…ahh tapi jangan marah jika aku bercerita..”

“Kenapa aku harus marah?”

SungJong kembali tersenyum. “Sebenarnya tadi aku bertemu Daehwi di rumah…”

“Daehwi?”

“Yaah dia yang menggeser posisiku sebagai maknae di rumah, dia berumur lima tahun sekarang, ketika bayi dia sakit-sakitan lalu dibawa aboeji untuk berobat, aku pikir dia sudah tidak bisa ditolong karena mereka sama sekali tidak mau membicarakannya, tapi tadi aku lihat dia sudah besar, aku senang sekali memiliki seorang dongsaeng…sungguh, Daehwi mirip sekali denganku…”

Myungsoo mendengarkan cerita SungJong dengan seksama, SungJong seperti melupakan rasa sakitnya dan seolah menemukan sesuatu yang membuatnya senang. Namun Myungsoo juga bertanya-tanya, dongsaengnya itu…dari Eomma-nya atau dari Hyojin, jika hyojin berarti…dua tahun lebih muda dari Byul.

“Jika Daehwi tidak memanggilku…mungkin aboeji tadi sudah melukaiku dengan pecahan botol itu…” gumam SungJong lirih namun masih terdengar oleh Myungsoo.

“Aku tidak tahu kapan aku bisa bertemu Daehwi lagi, aku sangat ingin merawatnya, aku tidak ingin Daehwi seperti ku…tapi seperti nya aboeji tidak akan mengizinkanku…”

Dari semua itu Myungsoo memilih untuk mendengarkan saja, SungJong lebih ingin seseorang mendengarkan ceritanya ketimbang menjawab semua pertanyaannya. Dia balik itu mungkin saja dia menyimpan kesedihannya, ia sudah terlalu lama menahan sendirian sehingga seperti ini.

“Aku…teringat Byul, S-seonsaenim…aku ingin bertemu Byul, tolong jangan melarangku, aku tidak akan menyakiti Byul, aku menyayangi Byul…”

Entah hanya perasaannya saja atau memang SungJong ini hatinya sedang sensitif. Myungsoo mengangguk. “Aku tidak akan melarangmu, tapi sebaiknya kau istirahat sekarang, dan jangan banyak bergerak…”

“Seonsaenim…” ucap SungJong lagi. “Selama aku tidak ada bagaimana Byul makan? Kau kan tidak bisa memasak, aku benar-benar tidak bisa tidur memikirkan semua itu…”

“Tenanglah, aku memesan beberapa makanan yang baik, kupastikan sendiri kebersihannya…”

“Syukurlah…Byul itu tidak bisa memakan sesuatu yang dimasak tidak matang sepenuhnya, dan harus ada rasa manisnya…”

“Benarkah?” Myungsoo sedikit membulatkan matanya.

“Heumm…dia tidak berani mengatakan padamu selama ini apa yang ia suka dan tidak suka karena tidak ingin merepotkanmu…”

“Iya aku mengerti SungJong-ah, jangan di bahas. Saat ini kau lebih membutuhkan banyak istirahat daripada banyak bicara….”

Myungsoo mengatakan hal itu untuk menghindari SungJong mengatakan sesuatu yang membuatnya gagal sebagai seorang Ayah. Ia juga sedikit kasihan pada SungJong karena keadaannya saat ini. Namja itu terlihat diam dan mulai menerawang ke atas. Sebenarnya dia juga takut kalau sebenarnya Lee Hoya, aboeji SungJong masih belum melupakan persaingan bisnis mereka. Kejadian waktu itu, ketika SungJong terluka…ia takut ada hubungannya dengan Hoya.

Sekali lagi namja itu menatap SungJong yang terlihat sedikit lebih tenang meskipun tidak mengatakan hal apapun lagi. Kasihan sekali, jika salah satu alasan Hoya menyiksa SungJong adalah karena dirinya, ia merasa begitu bersalah.

“Kenapa SungJong-ah? Apakah ada yang sakit?” tanya Myungsoo ketika namja itu terlihat tidak nyaman.

“Seonsaenim…apakah mata ku akan baik-baik saja? Kenapa aku merasakan…ada yang tidak beres?” tanyanya sembari menyentuh matanya yang di perban.

“Yaah, kau akan baik-baik saja…” jawabnya menenangkan, entah kenapa Myungsoo ingin sekali menghibur namja ini. “SungJong-ah…” ucapnya sembari menggenggam jemari namja itu. “Apa yang bisa aku lakukan untuk membantumu? Kau sepertinya…menahan beban mu sendirian…”

“Aku tidak apa-apa Seonsaenim…aku sudah biasa, aboeji memang orang nya sangat tegas…”

“Tapi menyiksa anak sendiri itu kriminal SungJong-ah…kau bisa melaporkan hal ini, kau hampir saja kehilangan nyawamu…”

SungJong menggeleng. “Aboeji melakukannya bukan karena membenciku…dia hanya ingin membuatku disiplin, tidak membantahnya…” jawab SungJong bersikukuh.

“Kau membenarkan sikap aboejimu? Bagaimana jika dia melakukan hal yang sama pada dongsaengmu? Siapa tadi…? Daehwi??”

“……”

“Mungkin kau bisa menahan siksaan itu, tapi bagaimana dengan Daehwi? Kau bisa melihatnya di siksa seperti mu?”tanya Myungsoo lagi, ia merasa SungJong mulai terdiam memikirkan semua yang ia ucapkan.

“Lee SungJong!!”

Namun belum sempat SungJong menjawabnya, seseorang masuk ke dalam ruangan itu. Myungsoo segera berdiri, dia begitu terkejut mengetahui seseorang yang datang disana dengan raut yang panik. Setelah melihat Myungsoo namja itu juga terlihat terkejut.

“Lee Sungyeol-ssi…” sapa Myungsoo cukup sopan.

Namja itu segera membalas sapaan Myungsoo dengan sopan pula. “Kim Myungsoo-ssi…sungguh tak disangka kita bertemu disini, tapi..sebentar aku harus menemui SungJong dulu…” ucapnya kembali terlihat panik.

“SungJong-ah!! SungJong-ah kau tidak apa-apa??? Bagaimana bisa….”

Melihat Sungyeol, emosi SungJong begitu mendidih, namun emosi itu bukan emosi kemarahan, namun emosi lelah yang membuatnya menjadi sebuah aliran bening dari sudut matanya.

“hyung!” isaknya kemudian berusaha bangkit dan memeluk namja itu dengan sangat erat.

“Kenapa? Kau baik-baik saja kan?” tanya Sungyeol sembari berusaha untuk duduk mengimbangi pelukan dongsaengnya, lalu mengelus punggungnya lembut.

“Aku benar-benar cemas ketika Taemin memberitahuku, aku ingin menolongmu tapi aku tidak tahu kemana aboeji membawamu, apakah kau baik-baik saja? Apa yang dilakukan aboeji?”

“hiks…”

Myungsoo yang menyaksikan itu cukup terkejut, SungJong nampak kuat dan tegar sekali tadi, bahkan dengan tegas mengatakan dirinya baik-baik saja setelah mendapat perlakuan seperti itu dari aboejinya, namun…saat ini SungJong terlihat seperti sudah menemukan orang yang tepat untuk mencurahkan segala perasaannya.

Sungyeol terlihat mengelus kepala dongsaengnya itu dengan sayang. “Kau sampai menangis, ini semua gara-gara aku, seharusnya aku memang tidak meminta bantuan padamu, aboeji pasti akan tahu…”

“hyung…tidak bisa kah…kau menuruti aboeji saja…hiks, aku ingin tinggal bersamamu tapi aboeji akan marah, tapi dia bahkan tidak mengizinkan aku untuk tinggal bersama dengannya…”

Sungyeol menggeleng. “Aku sudah berjanji tidak akan pernah meneruskan bisnis aboeji, aku ingin membangun bisnisku sendiri, cara aboeji itu tidak sehat, dan lagi..aboeji masih ada Daehwi, yang nanti bisa meneruskan bisnisnya..tidak harus aku…”

Mendengar ucapan itu SungJong segera mendongakkan kepalanya dan melepaskan pelukan. “hyung kau tahu Daehwi masih hidup?”

“Ngg…tentu saja…aku yang berusaha keras membuat anak itu tetap hidup, mencari dokter terbaik di beberapa negara…”

“Dan kau tidak memberitahuku?”

“SungJong-ah, ini bukan saat yang tepat membicarakan hal itu…” potong Sungyeol. Ia kemudian menyentuh wajah SungJong yang masih terdapat begitu banyak lebam, dan jangan lupakan mata-nya yang harus di bungkus perban. “Jika aboeji menyakitimu, lawanlah, sampai kapan kau akan terus diam seperti ini? Jika bukan karenamu aku benar-benar akan melaporkannya…”

SungJong tersenyum. “Sudahlah…” potongnya. “Aku tidak akan melawan aboeji sampai kapanpun…”

“SungJong-ah…” Sungyeol menatap dongsaengnya itu dengan miris, ia kemudian mendekat lalu mengusap air matanya dan mengelus kepala anak itu lembut. “Jangan cemas, aku akan mengurusmu mulai sekarang…kau ikut denganku saja yah…”

SungJong menggeleng. “Tidak hyung, aku memang sangat ingin tinggal dengamu, tapi…jika aku melakukannya aboeji akan menyiksaku lebih dari ini…”

“Astagaa, aku benar-benar tidak tahu apa yang harus kulakukan..” ucap Sungyeol kemudian menarik SungJong ke dalam pelukannya lagi. “Aku bersalah karena tidak bisa melindungimu…”

Myungsoo yang menyaksikan semua itu sungguh tidak bisa berkata apapun, ia memang tidak mengerti sepenuhnya, tapi ia tahu jika kehidupan mereka kurang bahagia. Dan, SungJong…anak itu bersikap begitu ceria dan kuat di hadapannya, namun rapuh di depan Sungyeol. Myungsoo benar-benar penasaran.

.

“Baiklah…Aku ingin berbicara sebentar denganmu…”

Sungyeol mengajak Myungsoo sedikit menjauh dari SungJong. Kebetulan sekali, ia sebenarnya Myungsoo ingin meminta maaf karena beberapa waktu yang lalu SungJong terluka karena menolong Byul. Sungyeol adalah orang yang baik, hanya saja Myungsoo baru mengetahui jika orang ini adalah anak dari rival beratnya, Lee Hoya.

“Aku sudah mengetahui dari Taemin…” ucap Sungyeol kemudian. “Untuk beberapa hal aku berterima kasih padamu karena telah menolong dongsaengku, aku tidak tahu bagaimana nasipnya jika kau tidak membawanya ke rumah sakit..”

Myungsoo mengangguk. “Kebetulan aku menemukannya dalam keadaan yang seperti itu, tapi…SungJong tidak pernah menceritakan tentang dirimu, jika aku tahu dia adalah dongsaengmu mungkin aku akan menjaganya lebih baik lagi…” ucap Myungsoo tulus. “Tapi sayangnya SungJong tidak pernah terbuka tentang keluarganya, dan kau sendiri juga….”

“Yaah seperti itu…” potong Sungyeol. “SungJongie selalu berhati-hati aku pun juga demikian karena aboeji kami yang…yah kau tahu sendiri, dan untuk yang satu ini…aku minta padamu…jauhi SungJongie…”

Myungsoo sedikit terkejut, ia yang semula bersikap kalem dan santai kini berubah menjadi tak mengerti. “Menjauhi? Maksudmu??”

“Myungsoo-ssi, kau dan Lee Hoya-ssi aah maksudku aboejiku…dalam hubungan bisnis yang tidak baik, itu benar aboeji mengatakan sudah tidak marah, namun aku sangat mengenal aboeji…”

Ucapan itu membuat Myungsoo dengan seksama memperhatikan, sebenarnya dia sungguh tak menyangka jika Sungyeol adalah putra dari Lee Hoya, sifat mereka begitu berbeda, setidaknya sifat ketika mereka sedang membicarakan bisnis.

“Seperti yang kau lihat hari ini, Aboeji akan menyiksa SungJong..” tambah Sungyeol. “SungJong tidak akan pernah bisa melawan karena dia sangat menghormati aboeji, kumohon…kalian tetap bersama itu tidak akan baik…”

“Tapi kau seharusnya bisa mencegahnya!” sahut Myungsoo. “Dia menyiksa saudaramu, dan kau tidak bisa membantunya? Kau hanya diam?”

“Kau tidak akan mengerti Myungsoo-ssi, apakah semua yang dilakukan aboeji pada mu selama ini tidak membuatmu mengerti?

“Yahh kurasa aku mengerti…”

“Maka dari itu..kumohon, SungJongie sudah banyak menderita selama ini, dipaksa hidup sendirian jauh dari kami…dia tidak menolak, dan aboeji hanya memikirkan kepentingannya sendiri…”

Myungsoo tidak menyahut, sebenarnya tidak ada keinginan sama sekali dalam dirinya untuk menjauhi SungJong, bagaimana ia bisa menjelaskan nanti pada Byul? SungJong juga sepertinya tidak akan bisa jauh dari Byul.

“Sungyeol-ssi…” ucap Myungsoo kemudian. “Kau mungkin menyuruhku untuk menjauhinya, namun…aku akan membiarkan semuanya mengalir apa adanya…”

“Maksudmu?”

“Jika Hoya-ssi akan menyiksa SungJong karena dekat denganku maka…aku akan melindunginya dengan seluruh kemampuanku…aku tidak bisa melihat….Lee SungJong…mahasiswaku tersiksa seperti itu !”

Sungyeol menggelengkan kepala beberapa kali. “Aku tidak bisa menyetujui maupun menolaknya, namun aku ingin mengingatkanmu tentang perbuatan aboeji terhadapmu…”

“Aku tidak takut karena aku merasa tidak melakukan sesuatu yang salah…”

Tidak ada yang bisa dikatakan lagi oleh Sungyeol, ia sebenarnya tidak rela jika SungJong harus berdekatan dengan Myungsoo yang sudah pasti akan membuat aboejinya marah. Namun ia juga tidak bisa memungkiri jika hanya Myungsoo yang mampu untuk melindungi dongsaengnya.

“SungJong akan kubawa ke tempat tinggalku, aku akan menjaganya!” putus Myungsoo.

.

.

-tbc-